Minggu, 13 Mei 2018

Antara Cinta dan Fisika

“…CINTA…”, satu kata yang sanggup menjungkirbalikkan duniamu.
Debaran jantung menjadi tidak menentu,
Sentruman listrik semu yang menghentak kala bertatapan,
Perasaan yang bercampur aduk kala bertemu status facebook dan twitter yang mengundang puluhan komentar,

Kamu pasti tahu bagaimana rasanya kehilangan nafsu makan dan tak sanggup berkonsentrasi karena cina membuatmu gundah.

Bahkan sang ahli pena, William Shakespeare pun tak sanggup menyelami paradoks cinta dan akhirnya hanya dapat berkata
Love is the most beautiful of dreams and the worst of nightmares”
Cinta itu buta, Cinta itu tak masuk akal

Bagaimana kata fisika?
Apakah cinta sebuah besaran?
Bagaimana fisika memahami cinta?

Siapa sangka asmara sebenarnya adalah hasil dari dua gelombang emosi yang saling berinteraksi?
Ada bagian-bagian tubuhmu yang memancarkan gelombang penyebab rindu ini
Tubuhmu memiliki sensor penerima sinyal gemosi dari luar?
Ya, Fisika menyebutnya gemosi,
Sebuah gelombang dengan denting frekuensi yang melantunkan suasana hatimu
Kadang indah, kadang juga pahit

Apakah kamu mengira Cinta datang pada pandangan pertama?
Biarkan fisika yang membisikkan rahasianya

Ketika pertama kali sepasang insan terpikat satu sama lain, masing-masing sensornya menangkap sinyal gemosi cinta
Kontak mata, Sentuhan punggung tangan, Ucapan-ucapan cinta, dan Rayuan-rayuan yang membuat hatimu cenat cenut
Akan mempercepat penyamaan frekuensi cinta dengan dentingan seindah harpa yang paling merdu sejagat raya
Semakin selaras frekuensi itu, perasaan nyaman akan tumbuh beriringan
Rasa rindu hebat akan menyertainya saat dua gemosi berinterferensi saling menguatkan

Selama berabad abad, misteri cinta telah menjadi obsesi yang universal
Betapapun fisika mencoba membagi rahasianya, bagi para ilmuwan, Cinta tetap menjadi keajaiban yang menakjubkan

 Einstein ingin sekali menghubungkan Cinta dan teori terkenalnya sampai-sampai dia
dengan serius berkata:
“Letakkan tanganmu di tungku panas selama semenit, rasanya seperti satu jam,
duduklah dengan gadis pujaanmu selama satu jam, rasanya seperti semenit.
Itulah makna relativitas”


Sumber : 
Yohanes Surya dalam Novel Perburuan Bintang Sirius Bagian 2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar